Al Fatihah adalah Surat paling agung yang diturunkan Allah kepada manusia. Ia dinamakan al Fatihah (pembuka), karena mushaf dibuka dengan surat ini dan setiap sholat dibuka dengannya. Ia adalah Ummul Kitab, Ummul Qur’an, dan Asas al Qur’an. Ummi (ibu) adalah penyebab awal kehidupan seseorang, dan dalam kondisi paling sulit, manusia akan kembali kepada umminya. Al Fatihah dinamakan Ummul Kitab dan Ummul Qur’an karena al Qur’an dimulai dengannya, dan dalam kondisi paling sulit, disaat semua teori manusia sudah kehilangan energinya, manusia akan kembali kepada solusi al Qur’an, dan seluruh makna al Qur’an merujuk kepada tujuh ayat ini. Dan disaat semua orang sudah cuek dengan al Qur’an, al Fatihah insya Allah masih ada di hatinya. Al Fatihah dinamakan juga As Sab’ul Matsani (tujuh yang berulang), karena surat ini selalu dibaca secara berulang minimal tujuh belas kali sehari semalam. Pengulangan seperti ini menyiratkan ada makna besar di balik surat ini.Tidak mungkin diulang sebanyak itu kalau kandungannya tidak banyak manfaatnya bagi yang membaca dan mengamalkannya. Ia juga disebut Al Qur’an al Adzim. Istilah ini secara eksplisit menyebutkan keagungan surat ini, seolah-olah al Qur’an adalah al Fatihah itu sendiri. Karenanya, para ulama juga menamakan surat ini dengan al Kafiyah ( cukup ), karena semua muatan al Qur’an terkandung di dalamnya. Al Fatihah disebut juga asy Syifa’ (obat). Artinya, al Fatihah mengandung energi penyembuh penyakit yang diidap oleh masyarakat. Ia juga dinamakan ruqyah. Nama ini menyiratkan makna bahwa al Fatihah dapat menyembuhkan orang dari penyakit akibat gangguan jin dan makhluk halus. Al Fatihah juga dinamakan al kafiyah (sempurna), karena ia adalah satu kesatuan, tidak boleh membaca setengah surat al Fatihah di satu rakaat lalu dilanjutkan setengahnya lagi di rakaat kedua. Al kafiyah menyiratkan makna bahwa al Fatihah adalah totalitas, tidak akan efektif kekuatannya kalau hanya diambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain. Al Waqiyah adalah salah satu nama al Fatihah. Nama ini secara bahasa berarti pelindung, tetapi nama ini menyiratkan makna kekuatan dalam Surat ini. Yahya bin Abi Katsir yang menyebut al Fatihah dengan nama ini memahami bahwa al Fatihah mampu melindungi diri, keluarga, dan masyarakat dari berbagai hal yang tidak diinginkan. Al Fatihah juga dinamakan sholat, karena sholat dimulai dengan surat ini dan tidak sah sholat seseorang kalau tidak membaca surat ini. Penamaan ini mengandung arti bahwa jika salah satu pekerjaan penting bahkan terpenting seperti sholat tidak boleh mengabaikan al Fatihah, apalagi mengisi kehidupan dalam rentang yang cukup relatif panjang. Mengabaikan pemaknaan al Fatihah dalam mengisi kehidupan sebagian atau seluruhnya akan membuat hidup kita tidak berkualitas, keberadaan kita di muka bumi ini tidak sah dan ilegal.
Rasulullah memahami benar kehebatan al Fatihah. Karenanya, beliau sangat antusias mengajarkannya kepada para sahabat. Keseriusan Nabi mengajarkan al Fatihah tampak dari rentang waktu beliau mensosialisasikan dan mengajarkan maknanya. Meskipun Surat ini diturunkan di Mekkah, tetapi beliau tetap mengingatkan makna keagungan Surat ini hingga periode Madinah. Di antara hadits-hadits yang menjelaskan antusiasme Rasulullah mengajarkan Surat ini adalah hadits-hadits berikut :
Dari Abu Sa’id bin al Mu’alla berkata : Aku tengah sholat di masjid, lalu Rasulullah SAW memanggilku, dan akupun tidak menjawab panggilan beliau. Aku berkata : Ya Rasulullah, tadi aku sedang sholat. Beliau berkata : Bukankah Allah berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu”. Kemudian beliau berkata kepadaku : “aku sungguh akan mengajarkan kepadamu suatu surat yang paling agung dalam al Qur’an sebelum kamu keluar dari masjid”. Kemudian beliau memegang tanganku. Ketika beliau ingin keluar, aku berkata kerpadanya : bukankah Engkau berkata akan mengajarkan kepadaku suatu surat yang paling agung dalam al Qur’an? Beliau berkata : “alhamdulillah Robbil ‘Alamin”, ia adalah tujuh ayat yang berulang dan al Qur’an yang agung yang dianugerahkan kepadaku. (HR.Bukhari)
Dari Abu Hurairah dari Ubay bin Ka’ab berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Allah tidak pernah menurunkan di dalam Taurat maupun di dalam Injil seperti Ummil Qur’an. Ia adalah tujuh ayat yang berulang, ia terbagi dua, antara Allah dengan hamba-Nya, dan bagi hamba-Nya tergantung apa yag dia minta. (HR.Tirmidzi):
Dari Abu Hurairah berkata , Rasulullah SAW menemui Ubay bin Ka’ab yang sedang sholat. Beliau berkata : Ya Ubai ! Ubaypun menoleh tetapi tidak menjawab. Kemudian dia lanjutkan sholat dengan agak tergesa-gesa. Kemudian beliaupun berpaling dari sholat dan menuju Rasulullah saw dan berkata : Assalamu’alaika ya Rasulullah. Beliau menjawab : wa’alaika. Beliau berkata : apa yang menghalangimu untuk memenuhi panggilanku Ya Ubay ? Aku berkata : aku sedang sholat. Beliau bersabda : apakah kamu tidak menemukan ayat yang diwahyukan kepadaku :” “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu”. Aku menjawab, benar wahai Rasulullah, aku tidak akan mengulanginya. Beliau bersabda : “maukah aku ajarkan kepadamu suatu surat yang tidak pernah turun di dalam Taurat, Injil, Zabur maupun al Qur’an sepertinya ?” Aku menjawab, mau Ya Rasulullah. Beliau bersabda : “Aku berharap sebelum keluar dari pintu ini kamu sudah mengetahuinya. Ubay berkata, Rasulullahpun memegang tanganku sambil berbincang denganku. Akupun memperlambat jalanku khawatir beliau tiba di pintu dan pembicaraan belum selesai. Ketika kami sudah mendekati pintu, aku berkata : Ya Rasulullah, surat apakah yang Engkau janjikan kepadaku ? Rasulullah bersabda : apa yang kamu baca saat sholat ? Ubay berkata : aku membaca Ummul Qur’an. Rasulullah bersabda : Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, Allah tidak menurunkan di dalam Taurat, Injil, Zabur maupun al Qur’an sepertinya. Dia adalah tujuh ayat yang berulang. (HR.Ahmad)
Hadits-hadits di atas jelas sekali menggambarkan kepada kita bahwa Rasulullah SAW bukan mengajarkan surat baru kepada sahabatnya, karena memang surat ini sudah lama diturunkan dan para sahabat semua sudah menghafalnya, tetapi hadits-hadits di atas menggambarkan tentang kesungguhan Nabi menumbuhkan pemahaman kepada sahabat bahwa surat yang biasa mereka baca saat sholat itu mengandung kehebatan luar biasa. Wallo a’lam.....